Minggu, 26 April 2020


Jurnal Praktikum Kimia Organik 1 – percobaan 8
                  
JURNAL PRAKTIKUM
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KROMATOGRAFI KOLOM



DISUSUN OLEH :
INDAH SYAFITRI
A1C118018


DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M. Pd



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS LEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

              I.     Judul             : Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom
           II.     Hari/Tanggal : Sabtu/13 April 2019
        III.     Tujuan           : Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu
1.    Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
2.   Dapat membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
3. Dapat memisahkannya suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
4. Dapat memisahkannya pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom

            IV.     Landasan Teori
        Kromatografi merupakan suatu craa atau teknik yang dilakukan dalam pemisahan campuran yang didasari pada kecepatan perambatan suatu komponen pada suatu tempat tertentu. Terdapat dua fase pada kromatografi yang mana merupakan komponen yang akan dilakukan pemisahan yaitu, fase gerak dan fase diam. Fase gerak merupakan fase yang akan melarutkan zat komponen campuran. Sedangkan fase diam adalah fase yang akan menahan komponen campuran (sudarmadji, 2007). 
Pertama kali ditemukannya kromatografi oleh seorang ahli botani yag bernama Michel tsweet pada tahun 1906 di universitas watswa, polandia. Kata kromatografi berasal dari bahasa yunani yaitu warna dan tulis. Sehingga krmoatografi erpaka teknik yang digunakan dalam pemisahan komponen pada sampel. Kemudian terjadi pendistribusian pada komponen kedalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam(mulja, 2009).
Pada kromatografi, pengidentifikasian suatu senyawa dapat menggunakan cara perhitungan ataupun dengan cara melakukan perbandingan harga Rf semua zat yag terpisah dengan Rf zat autetik. Pada TLC, teknik kromatografi yang dilakukan merupakan perkembangan dari Ismailoff and Schaiber pada tahun 1938 (khoplar, 2010). 
         Bagian terpenting dari kromatografi yaitu ketika senyawanya berbeda maka akan memiliki koefisien ditribusi berbeda pula diantara fase diam dan fase geraknya sehingga ketika interaksi pada senyawa mengalami kelemahan dengan fase diam maka senyawa tersebut akan tertinggal lama dalam fase gerak dan mengalami kecepatan bergerak dalam sistem kromatografi begipun sebaliknya ( Tim praktikum kimia organik, 2016).
          Perbedaan afinitas suatu analit dari komponen penyusunnya pada kedua fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam ini lah yang menyebabkan masing-masing komponen penyusun suatu zat tersebut mengalami pemisahan satu sama lain. Dan adanya daya adsorpsi terhadap fasa diam dan kelarutan pada analit terhadap fasa gerak inilah yang dapat menentukan afinitas suatu analit. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/


V.        Alat dan Bahan
5.1     Alat
a.    Plat TLC
b.    Bejana
c.    Cawan Petri
d.   Pipa gelas kapiler
e.    Tabung reaksi
f.     Kolom kromatografi
g.    Gelas wool
h.    Kertas saring
i.      Pensil
j.      Lampu UV
5.2     Bahan
a.    N-Heksana

b.    Etil asetat
c.    Aseton
d.   Etanol
e.    Kloroform
f.     Metanol
g.    Silika Gel
h.    10 ektraks tanaman
i.      Selium sulfat


VI.        Prosedur Kerja6.1  Kromatografi Lapis Tipis
6.1.1      Penyiapan Pelat
a.   Dibersihkan pelat kaca kecil dengan air, lalu dengan methanol, dilap dengan kertas atau kain kering, kemudian dikeringkan dalam oven pengering
b.   Disusun sebanyak 5 pelat di atas sebuah kaca besar, kemudian direkatkan kedua sisi deretan pelat kecil tadi dengan pita selotip
c.    Disiapkan suspensI silica gel (bubur silica/slurry) dengan mencampurkan 5 gr bahan dan 10 ml methanol atau air suling dalam gelas piala bertutup.
d.   Disebarkan suspense diata pelat dan ratakan suspense keseluruhan permukaan kaca dengan bantuan batang pengaduk. Sedapat-dapatnya hanya satu gerakan dalam menyebarkan suspense diatas pelat, agar diperoleh tebal yang rata.
e.   Dikeringkan pelat dalam oven 120ºC sekitar 10 menit.

6.1.2        Penyiapan Bejana
a.    Sambil menunggu dikeringkannya pelat, dibuatlah larutan pengembang dengan komposisi methanol : asam asetat : eter : benzene (0,10 : 1 : 3 : 5,9) ml dalam gelas piala berukuran 100 ml
b.    Dilapisi dinding dalam gelas piala dengan kertas saring
c.   Ditutup gelas piala tersebut dengan cawan petri agar lingkungan dalam bejana jenuh dengan pelarut pengembang.
                            
6.1.3        Penyiapan Contoh
a.   Digerus dua buah tablet yang mengandung kafein dan diekstraksilah dengan 5 ml metannol
b.   Diletakkan larutan 50 mg kafein standar dalam 1 ml methanol dalam sebuah tabung reaksi kecil.
c. Cairan ekstrak obat maupun larutan zat autentik masing-masing diamoli dengan menggunakan pipa gelas kapiler.
d.   dibubuhkan(totolkan) diatas pelat TLC kecil dengan jarak kira-kira 1 cm satu sama lain dan 1 cm dari tepi pelat kaca(lihat gambar).
e.   Dikeringkan noda sampel dan standar dengan dryer(ditiup).
f.   Dibubuhkan lagi sampai 3-5 kali dengan setiap kali dikeringkan.
g.   Diusahakan membentuk noda pekat yang kecil.


6.1.4        Pengembangan
a.  Dimasukkan pelat ke dalam bejana pengembang, dijaga agar jangan noda senyawa tidak terendam dalam larutan pengembang.
b.   Dibiarkan proses ini berlangsung sampai garis dapat pelarut mencapai sekitar 1 cm dari tepi atas pelat.
c.   Diangkat pelat dari bejana, ditandai garis depan pelarut dengan pensil lunak, lalu keringkan.
d.  Dimasukkan pelat kedalam gelas piala berukuran 250 ml yang berisi butiran Kristal iod, dan ditunggu sampai pelat menampakkan noda.
e.   Diangkat pelat dan ditandai segera lingkaran noda dengan pensil
f.   Dihitung dan dibandingkan semua Rf yang diperoleh

6.2  Kromatografi Kolom
6.2.1        Penyiapan Sampel
a.   Dilumatkan 10 lembar daun dengan lumpang dan direndam selama 1 jam dengan campuran 90 ml petroleum eter (td 60-90ºC), 10 ml benzene dan 30 ml methanol.
b.   Disaring lalu diekstraksi dengan air 4 kali 50 ml.
c.   Dipisahkan lapisan organic
d.   Dikeringkan lapisan ini dengan Kristal Na-sulfat anhidrat.
e.   Disaring lagi.
f.   Dipekatkan lapisan organic dengan bantuan rotavor sampai volume cairan tinggal beberapa milliliter.

6.2.2        Penyiapan Kolom
a.   Disiapkan kolom kromatografi dengan sebuah pipet tetes sambil menunggu rendapan daun
b.   Disumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
c.  Dimasukkan suspense selulosa(dibuat dari 0,5 gr selulosa dalam 10 ml pelarut petrolium eter(PE)). Sehingga timbunan selulosa dalam kolom mencapai 3-4 cm.
d.  Dimasukkan suspense kalsium karbonat (1 gr CaCO3dalam 10 ml PE), juga setinggi 3-4 cm.
e.  Dimasukkan suspense sukrosa ( 2gr sukrosa dalam 10 ml PE) membentuk ketinggian 3-4 cm. Selama pengemasan kolom.
f.   Pelarut harus terus-menerus diberikan, jangan sampai timbunan penjemp menjadi kering dan udara masuk.
g.   Diletakkan guntingan kertas saring diantara dan diatas timbunan penjerap untuk menjaga agar permukaannya tidak terganggu oleh aliran atau sampael yang akan dimasukkan(lihat gambar)

6.2.3        Kromatografi
a.    Setelah permukaan pelarut turun mendekati penjerap, dimasukkan larutan sampel setinggi 1 cm.
b.  Jika permukaan sampel telah mendekati permukaan penjerap, segera bilas bagian dalam kolom dengan pelarut campuran PE;aseton (6:1)
c.    Pelarut harus terus-menerus diteteskan kedalam kolom
d.    Pemisahan terjadi terlihat dari sejumblah pita berwarna.
e.    Pita oranye bergerak paling cepat, disusul pita hijau, pita kuning dan hijau.
f.     Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dapat dipisahkan berdasarkan warnanya. Dihentikan pemberian pelarut bila semua warna telah keluar dari kolom.
g.    Apabila pemisahan berlangsung baik, akan tampak pita hijau dari klorofil b pada sukrosa, klorofil a berwarna hijau biru pada sukrosa atau CaCO3. Pita kuning dari xantofil pada CaCO3 dan pita jingga dari karoten pada selulosa.
  

link video :
kromatografi lapis tipis : https://www.youtube.com/watch?v=rsMuorBg0zM
kromatogtafi kolom : https://www.youtube.com/watch?v=UmWMlKJAdSk&t=2s

pertanyaan :
1. Mengapa harus dilakukan penjenuhan terlebih dahulu pada eluen? Dan mengapa penjenuha harus menggunakan kertas saring ?
2.  Mengapa ketika lempeng kertas yang telah dibubuhkan (ditotolkan) dengan ektraksi methanol dan dimasukkan kedalam eluen setelah beberapa menit menghasilkan bercacak pada lempeng kertas ? dan jelaskan proses pemisahan kimia yang terjadi.

3.    Mengapa silica yang berada didalam kolom harus dijaga agar tidak mongering ? dan apa yang aka terjadi jika terjadi pengeringan ? 


7 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Saya Fadillah Fatma dengan NIM 092 akan membantu menjawab permasalahan nomor 2.Eluen dijenuhkan agar tekanan yang berada dalam chamber sama dan noda yang dihasilkan pada KLT ini sesuai dengan yang diinginkan. Kertas saring hanya digunakan sebagai media untuk penjenuhan pada fase gerak, jika tidak ada bisa digantikan dengan menggoyangkan gelas agar larutan jenuh. Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf saudari Indah. Maksud saya saya membantu menjawab masalah nomor 1 😊🙏

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Perkenalkan nama saya Marta Febryza Manalu Rambe dengan NIM A1C118037 akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3. Apabila silika kering, maka kolom yang terbentuk dari silika gel bisa retak, sehingga proses pemisahan zat tidak berjalan sempurna. Kondisi silika gel harus basah ini juga membantu untuk mempermudah proses larutan melewati kolomnya. Terimakasih semoga membantu.

    BalasHapus
  6. hai indah
    perkenalkan saya suryani nababan dengan nim a1c1118093 ingin mencoba menjawab permasalahan pada no 2 simana Proses terbentuknya bercak (noda) diatur oleh kepolaran tiap senyawa dalam sampel dengan eluen dan kemampuan fasa statisioner (fasa diam = gel silika) untuk menahan atau mengabsorp senyawa sehingga dapat terpisah menjadi beberapa noda yang dapat diidentifikasi senyawa senyawa nya. Dalam proses kromatografi, tidak ada reaksi yang terjadi melainkan bagaimana senyawa senyawa yang awalnya satu fasa menjadi terpisah menjadi beberapa warna dengan tiap warna mengindikasi senyawa yang terdapat dalam sampel. semoga membantu. terimakasih.

    BalasHapus