Jurnal Praktikum Kimia
Organik 1 – percobaan 8
JURNAL PRAKTIKUM
KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS DAN KROMATOGRAFI KOLOM
DISUSUN OLEH :
INDAH SYAFITRI
A1C118018
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M. Pd
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
LEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2020
I. Judul : Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom
II. Hari/Tanggal : Sabtu/13 April 2019
III. Tujuan : Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu
1. Dapat mengetahui
teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
2. Dapat membuat
pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
3. Dapat
memisahkannya suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis
dan memurnikannya dengan kolom
4. Dapat memisahkannya
pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom
IV. Landasan
Teori
Kromatografi
merupakan suatu craa atau teknik yang dilakukan dalam pemisahan campuran yang
didasari pada kecepatan perambatan suatu komponen pada suatu tempat tertentu.
Terdapat dua fase pada kromatografi yang mana merupakan komponen yang akan
dilakukan pemisahan yaitu, fase gerak dan fase diam. Fase gerak merupakan fase
yang akan melarutkan zat komponen campuran. Sedangkan fase diam adalah fase
yang akan menahan komponen campuran (sudarmadji, 2007).
Pertama
kali ditemukannya kromatografi oleh seorang ahli botani yag bernama Michel
tsweet pada tahun 1906 di universitas watswa, polandia. Kata kromatografi
berasal dari bahasa yunani yaitu warna dan tulis. Sehingga krmoatografi erpaka teknik
yang digunakan dalam pemisahan komponen pada sampel. Kemudian terjadi
pendistribusian pada komponen kedalam dua fase yaitu fase gerak dan fase
diam(mulja, 2009).
Pada
kromatografi, pengidentifikasian suatu senyawa dapat menggunakan cara
perhitungan ataupun dengan cara melakukan perbandingan harga Rf semua zat yag
terpisah dengan Rf zat autetik. Pada TLC, teknik kromatografi yang dilakukan
merupakan perkembangan dari Ismailoff and Schaiber pada tahun 1938
(khoplar, 2010).
Bagian terpenting dari kromatografi yaitu ketika senyawanya berbeda maka akan memiliki koefisien ditribusi berbeda pula diantara fase diam dan fase geraknya sehingga ketika interaksi pada senyawa mengalami kelemahan dengan fase diam maka senyawa tersebut akan tertinggal lama dalam fase gerak dan mengalami kecepatan bergerak dalam sistem kromatografi begipun sebaliknya ( Tim praktikum kimia organik, 2016).
Perbedaan afinitas suatu analit dari komponen penyusunnya pada kedua fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam ini lah yang menyebabkan masing-masing komponen penyusun suatu zat tersebut mengalami pemisahan satu sama lain. Dan adanya daya adsorpsi terhadap fasa diam dan kelarutan pada analit terhadap fasa gerak inilah yang dapat menentukan afinitas suatu analit. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
Bagian terpenting dari kromatografi yaitu ketika senyawanya berbeda maka akan memiliki koefisien ditribusi berbeda pula diantara fase diam dan fase geraknya sehingga ketika interaksi pada senyawa mengalami kelemahan dengan fase diam maka senyawa tersebut akan tertinggal lama dalam fase gerak dan mengalami kecepatan bergerak dalam sistem kromatografi begipun sebaliknya ( Tim praktikum kimia organik, 2016).
Perbedaan afinitas suatu analit dari komponen penyusunnya pada kedua fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam ini lah yang menyebabkan masing-masing komponen penyusun suatu zat tersebut mengalami pemisahan satu sama lain. Dan adanya daya adsorpsi terhadap fasa diam dan kelarutan pada analit terhadap fasa gerak inilah yang dapat menentukan afinitas suatu analit. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
V.
Alat dan Bahan
5.1
Alat
a.
Plat TLC
b.
Bejana
c.
Cawan Petri
d.
Pipa gelas
kapiler
e.
Tabung reaksi
f.
Kolom
kromatografi
g.
Gelas wool
h.
Kertas saring
i.
Pensil
j.
Lampu UV
5.2
Bahan
a.
N-Heksana
b.
Etil asetat
c.
Aseton
d.
Etanol
e.
Kloroform
f.
Metanol
g.
Silika Gel
h.
10 ektraks
tanaman
i.
Selium sulfat
VI.
Prosedur Kerja6.1 Kromatografi Lapis Tipis
6.1.1 Penyiapan Pelat
a. Dibersihkan pelat kaca
kecil dengan air, lalu dengan methanol, dilap dengan kertas atau kain kering,
kemudian dikeringkan dalam oven pengering
b.
Disusun sebanyak 5
pelat di atas sebuah kaca besar, kemudian direkatkan kedua sisi deretan pelat
kecil tadi dengan pita selotip
c. Disiapkan suspensI silica gel (bubur
silica/slurry) dengan mencampurkan 5 gr bahan dan 10 ml methanol atau air
suling dalam gelas piala bertutup.
d.
Disebarkan suspense
diata pelat dan ratakan suspense keseluruhan permukaan kaca dengan bantuan
batang pengaduk. Sedapat-dapatnya hanya satu gerakan dalam menyebarkan suspense
diatas pelat, agar diperoleh tebal yang rata.
e.
Dikeringkan pelat
dalam oven 120ÂșC sekitar 10 menit.
6.1.2 Penyiapan Bejana
a.
Sambil menunggu
dikeringkannya pelat, dibuatlah larutan pengembang dengan komposisi methanol :
asam asetat : eter : benzene (0,10 : 1 : 3 : 5,9) ml dalam gelas piala
berukuran 100 ml
b.
Dilapisi dinding dalam
gelas piala dengan kertas saring
c. Ditutup gelas piala tersebut dengan cawan
petri agar lingkungan dalam bejana jenuh dengan pelarut pengembang.
6.1.3 Penyiapan Contoh
a.
Digerus dua buah
tablet yang mengandung kafein dan diekstraksilah dengan 5 ml metannol
b.
Diletakkan larutan 50
mg kafein standar dalam 1 ml methanol dalam sebuah tabung reaksi kecil.
c. Cairan ekstrak obat
maupun larutan zat autentik masing-masing diamoli dengan menggunakan pipa gelas
kapiler.
d.
dibubuhkan(totolkan)
diatas pelat TLC kecil dengan jarak kira-kira 1 cm satu sama lain dan 1 cm dari
tepi pelat kaca(lihat gambar).
e.
Dikeringkan noda
sampel dan standar dengan dryer(ditiup).
f.
Dibubuhkan lagi sampai
3-5 kali dengan setiap kali dikeringkan.
g.
Diusahakan membentuk
noda pekat yang kecil.
6.1.4 Pengembangan
a. Dimasukkan pelat ke
dalam bejana pengembang, dijaga agar jangan noda senyawa tidak terendam dalam
larutan pengembang.
b.
Dibiarkan proses ini
berlangsung sampai garis dapat pelarut mencapai sekitar 1 cm dari tepi atas
pelat.
c.
Diangkat pelat dari
bejana, ditandai garis depan pelarut dengan pensil lunak, lalu keringkan.
d. Dimasukkan pelat
kedalam gelas piala berukuran 250 ml yang berisi butiran Kristal iod, dan ditunggu sampai pelat menampakkan noda.
e.
Diangkat pelat dan
ditandai segera lingkaran noda dengan pensil
f.
Dihitung dan
dibandingkan semua Rf yang diperoleh
6.2 Kromatografi Kolom
6.2.1 Penyiapan Sampel
a.
Dilumatkan 10 lembar
daun dengan lumpang dan direndam selama 1 jam dengan campuran 90 ml petroleum
eter (td 60-90ÂșC), 10 ml benzene dan 30 ml methanol.
b.
Disaring lalu
diekstraksi dengan air 4 kali 50 ml.
c.
Dipisahkan lapisan
organic
d.
Dikeringkan lapisan
ini dengan Kristal Na-sulfat anhidrat.
e.
Disaring lagi.
f.
Dipekatkan lapisan
organic dengan bantuan rotavor sampai volume cairan tinggal beberapa
milliliter.
6.2.2 Penyiapan Kolom
a.
Disiapkan kolom
kromatografi dengan sebuah pipet tetes sambil menunggu rendapan daun
b.
Disumbat bagian bawah
kolom dengan glass wool
c. Dimasukkan suspense
selulosa(dibuat dari 0,5 gr selulosa dalam 10 ml pelarut petrolium eter(PE)).
Sehingga timbunan selulosa dalam kolom mencapai 3-4 cm.
d. Dimasukkan suspense
kalsium karbonat (1 gr CaCO3dalam 10 ml PE), juga setinggi 3-4 cm.
e. Dimasukkan suspense
sukrosa ( 2gr sukrosa dalam 10 ml PE) membentuk ketinggian 3-4 cm. Selama
pengemasan kolom.
f.
Pelarut harus
terus-menerus diberikan, jangan sampai timbunan penjemp menjadi kering dan
udara masuk.
g.
Diletakkan guntingan
kertas saring diantara dan diatas timbunan penjerap untuk menjaga agar
permukaannya tidak terganggu oleh aliran atau sampael yang akan
dimasukkan(lihat gambar)
6.2.3 Kromatografi
a.
Setelah permukaan
pelarut turun mendekati penjerap, dimasukkan larutan sampel setinggi 1 cm.
b. Jika permukaan sampel
telah mendekati permukaan penjerap, segera bilas bagian dalam kolom dengan
pelarut campuran PE;aseton (6:1)
c.
Pelarut harus
terus-menerus diteteskan kedalam kolom
d.
Pemisahan terjadi
terlihat dari sejumblah pita berwarna.
e.
Pita oranye bergerak
paling cepat, disusul pita hijau, pita kuning dan hijau.
f.
Tetesan yang keluar
dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dapat dipisahkan
berdasarkan warnanya. Dihentikan pemberian pelarut bila semua warna telah
keluar dari kolom.
g.
Apabila pemisahan
berlangsung baik, akan tampak pita hijau dari klorofil b pada sukrosa, klorofil
a berwarna hijau biru pada sukrosa atau CaCO3. Pita kuning dari
xantofil pada CaCO3 dan pita jingga dari karoten pada selulosa.
link video :
kromatografi lapis tipis : https://www.youtube.com/watch?v=rsMuorBg0zM
kromatogtafi kolom : https://www.youtube.com/watch?v=UmWMlKJAdSk&t=2s
pertanyaan :
1. Mengapa harus dilakukan penjenuhan terlebih
dahulu pada eluen? Dan mengapa penjenuha harus menggunakan kertas saring ?
2. Mengapa ketika lempeng kertas yang telah
dibubuhkan (ditotolkan) dengan ektraksi methanol dan dimasukkan kedalam eluen setelah
beberapa menit menghasilkan bercacak pada lempeng kertas ? dan jelaskan proses pemisahan kimia yang terjadi.
3. Mengapa silica yang berada didalam kolom
harus dijaga agar tidak mongering ? dan apa yang aka terjadi jika terjadi
pengeringan ?